Minggu, 11 Januari 2015

Al-Hikam

BY Unknown IN No comments

        "Jangan kau pandang sebelah mata seorang hamba yang telah ditetapkan, dilanggengkan, dan ditolong Allah dalam melaksanakan wirid, hanya karena kau tidak melihat dalam dirinya tanda orang-orang 'arif atau kegenitan kaum pecinta Tuhan. Sebab, kalau tidak ada limpahan karunia dari Allah, tentu wirid dari orang itu tidak akan pernah ada." -Ibnu Atha 'illah al-Iskandari-
    "Ditolong" ialah dipalingkan dari kesibukan-kesibukan yang membuat hamba tersebut lupa melakukan wirid. Adapula makna "dilanggengkan" disini adalah dibuat terus melaksanakan wirid itu sepanjang zaman. Ini adalah sifat para zahid dan 'abid.
     "Tanda orang-orang 'arif" ialah karakter orang-orang 'arif yang meninggalkan ikhtiar dan tidak memedulikan nasib dan keinginan diri mereka, serta selalu hadir di hadapan Allah. Adapun maksud "kegenitan para pencinta Tuhan" ialah bukti-bukti dan pengaruh cinta yang tampak pada diri orang-orang yang mencintai Allah (muhibbin). Jika sudah tertanam dalam hati, pengaruh cinta kepada Allah akan tampak pada seluruh anggota tubuh. Misalnya adalah dengan sering berzikir mengingat-Nya, segera melaksanakan perintah-Nya, dan mengabaikan selain-Nya. Ia selalu berusaha untuk melayani-Nya , menikmati munajat kepada-Nya, dan lebih mengutamakan-Nya daripada selain-Nya.
        Ibnu Atha'illah melarang untuk meremehkan orang semacam itu (yakni yang istiqomah melakukan wirid, namun tidak terlihat pada dirinya tanda-tanda kaum 'arif dan pecinta Tuhan). Alasannya, kalau tidak ada limpahan karunia dari Allah, tentu orang itu tidak akan melakukan wirid dan istiqomah dalam berwirid.
       "Wirid" bermakna segala amal ibadah yang dihasilkan dari upaya mujahadah seorang hamba, baik itu berupa shalat, puasa, zikir, maupun ibadah lainnya. Dengan demikian, jika kaumeremehkan orang seperti itu, itu artinya, kau sudah berlaku tidak sopan terhadapnya.
    Kesimpulannya, hamba-hamba Allah yang khusus (khawwash) terbagi menjadi dua golongan: muqarrabun dan abrar. Muqarrabun adalah orang-orang yang tidak memedulikan nasib dan keinginan diri mereka, serta lebih mengedepankan pelaksanaan hak-hak Allah sebagai bentuk penghambaan ('ubudiyah) kepada-Nya dalam rangka mencari ridha-Nya. Mereka adalah kaum 'arif sekaligus muhibbin (pecinta Allah). Sementara itu, abrar ialah orang-orang yang dalam melaksanakan ibadah memedulikan nasib dan keinginan diri. Mereka melaksanakan ibadah kepada Allah karena ingin mendapat surga dan selamat dari neraka. Sekalipun demikian, Allah tetap memberikan pertolongan-Nya kepada kedua golongan ini sesuai maqam mereka masing-masing.

Belajar menjadi Orang SABAR

BY Unknown IN No comments


Khalifah Umar bin Khathab melihat ada seorang laki-laki yang berjalan sempoyongan akibat mabuk minuman keras. Beliau akan menangkap sendiri lelaki mabuk itu, kemudian akan djatuhi hukuman. Pemabuk itu malah mencaci maki khalifah dengan perkataan yang memancing emosi. Khalifah akhirnya pulang ke rumah dan mengurungkan niat untuk menangkap dan menghukum lelaki pemabuk itu.

Orang-orang yang menyaksikan kejadian ini heran penuh penasaran. Ada salah seorang yang menanyakan kepada Khalifah Umar, "Wahai Amirul Mukminin, saat orang itu memakimu engkau justru membiarkannya."
"Karena dia membuatku emosi. Jika aku menghukumnya, tindakanku itu adalah luapan emosiku. Aku tidak ingin memukul seorang muslim karena memuaskan panas hatiku."

* * *

Saat Shahabat Salman Al Farisi dicaci maki orang, hanya diam saja. Tidak marah, sedih ataupun tersinggung. Saat ditanya sikapnya beliau berkata,
"Jika bobot amalku ringan, aku lebih buruk dari yang dia katakan. Tetapi jika bobot timbangan amalku berat, apa yang dia katakan tidak berpengaruh padaku."
Itulah jawaban orang yang orientasi hidupnya senantiasa dikembalikan pada kehidupan akherat.

* * *

Pada saat Imam Asy Syi'bi dijelek-jelekkan orang lain, beliau berkata kepadanya,
"Jika kamu benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kamu dusta semoga Allah mengampunimu."

* * *

Seorang laki-laki berkata kepada Imam Malik bin Dinar, "Ada mendengar kabar kamu telah berkata buruk tentangku."
Imam Malik bin Dinar menjawab, Jika itu benar, justru kamu lebih mulia dibandingkan diriku. Karena jika aku berani berkata buruk tentangmu aku telah menghadiahkan pahala kebaikanku padamu."

*Semoga setelah membaca kisah ini kita bisa bersabar menjalani kehidupan kita. Kesabaran yang mengantarkan kita menuju taat dan ridho-Nya. Amiiin...

Binnazir Tuzakiya Ma'rufah

BY Unknown No comments

Kitab Ta`limul Muta`llim ???

BY Unknown IN No comments


Kitab Ta`limul Muta`llim merupakan kitab klasik yang banyak dipelajari dan dikaji di sebagian besar pesantren yang ada di tanah air Indonesia ini. Kitab karangan Syaikh Zarnuji ini memuat beberapa pembahasan yang dapat dirinci sebagai berikut:
  1. Tentang hakikat ilmu, fiqh dan keutamaan fiqh
  2. Niat di dalam mencari ilmu
  3. Tatacara memilih ilmu, guru dan teman
  4. Pengagungan terhadap ilmu dan pemiliknya
  5. Pentingnya serius, konsisten dan adanya cita-cita
  6. Permulaan mengaji, ukuran dan susunannya
  7. Tawakkal
  8. Waktu mencari ilmu
  9. Pentingnya kasih sayang dan nasehat
  10. Istifadah
  11. Wara`
  12. Penyebab cepat dan lambatnya hafalan
  13. Pendorong rezeki
Itulah isi kitab Ta`limul Muta`allim yang mudah untuk dibaca tapi sulit ketika akan diterapkan. Untuk menjelaskan seluruh isi ta`limul Muta`allim dalam tulisan ini rasanya sulit sekali. Oleh karena ini penulis hanya ingin menyampaikan beberapa hal yang dianggap penting.
.
Pertama, niat
Nabi bersabda, Sesungguhnya amal perbuatan tergantung niatnya.
Niat mempunyai peranan penting di dalam setiap langkah kita. Niat yang baik akan membawa manusia menuju kebaikan, sebaliknya niat jelek akan membawa manusia menuju kejelekan. Saking pentingnya niat, seseorang yang berniat untuk melakukan kebaikan, akan tetapi tidak dapat melakukannya, maka orang tersebut niat baiknya dihargai dengan satu pahala kebaikan. Jika melakukannya maka akan diberi pahala sepuluh sampai tujuh ratus hingga berlipat-lipat.
Niat sangat penting bagi orang yang sedang mencari ilmu. Dalam kitab Ta`limul Muta`allim niat mencari ilmu adalah untuk mencari ridlo Allah, menghilangkan kebodohan dari diri sendiri dengan cara belajar, menghilangkan kebodohan orang lain dengan cara mengajar, menghidupkan agama, melestarikan agama islam, syukur atas nikmat akal dan  sehatnya tubuh.
Kedua, memilih ilmu, guru dan teman
Ilmu yang paling baik dan sangat dibutuhkan dalam urusan agama itu sangat tepat untuk dipilih. Ada tiga ilmu yang harus kita ketahui, ilmu fiqh, tauhid dan akhlak. Ilmu-ilmu yang lain juga penting kita ketahui. Semua ilmu itu dari Allah. Tidak ada pembagian ilmu menjadi ilmu islam dan ilmu umum. Semua ilmu itu baik tergantung bagaimana cara menggunakannya. Ilmu biologi, kimia dan fisika misalnya itu ada penjelasannya di dalam al-Quran. Al-Quran menjelaskan proses kehidupan manusia mulai sejak mani sampai menjadi manusia sempurna. Al-Quran juga menjelaskan bahwa air tawar tidak akan pernah bercampur dengan air laut. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan sains, salah satunya bisa kita lihat dari video-video sains buah karya Harun Yahya.
Pilihlah ilmu yang sesuai dengan minat dan talenta kita dengan tetap harus berpegang terhadap aturan-aturan agama. Cendikiawan-cendikiawan muslim, tidak hanya ahli dibidang al-Quran dan hadist, akan tetapi ada yang ahli kimia, ahli kedokteran, ahli geometri, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan ilmu ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu cerdas, semangat untuk memperoleh ilmu, sabar, ada bekal, petunjuk guru dan waktu yang lama
Selanjutnya cara memilih guru versi kitab Ta`limul Muta`allim adalah yang lebih `alim, lebih wara (berhati-hati terhadap hal-hal yang diharamkan) dan lebih tua umurnya. Barangkali tujuannya adalah agar ilmu yang ingin kita peroleh bisa tercapai. Ketika kita salah memilih guru, tentunya akan menimbulkan hal-hal yang kurang baik. Dan seorang guru harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap muridnya.
Selain memilih guru yang tepat, kita juga harus memilih teman yang tepat. Menurut kitab Ta`lim, kita harus memilih teman yang sungguh-sungguh, wara`, memiliki karakter yang baik, tidak malas, tidak pengangguran, tidak banyak bicara, bukan tukang rusak dan ahli fitnah. Teman banyak berpengaruh terhadap karakter dan gaya hidup kita. Ada orang yang sangat anti terhadap maksiat akan tetapi karena sering berkumpul dengan ahli maksiat, maka perlahan-lahan orang tersebut bisa terjerumus ke dalam maksiat. Ini banyak ditemukan di dunia nyata, karena alasan tak enak sendiri, seseorang rela mengikuti prilaku temannya walaupun jelek. Teman bisa membawa kita terjerumus ke jurang kejelekan. Oleh karena itu hati-hatilah memilih teman. Teman yag baik akan membawa kita kepada kebaikan.
Ketiga, Pengagungan terhadap ilmu dan pemiliknya
Jika ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat, maka hormatilah ilmu dan guru. Menghormat mempunyai kedudukan yang sangat penting. Orang bisa kufur bukan karena maksiat, akan tetapi orang bisa kufur karena meninggalkan rasa hormat. Orang bisa kufur gara-gara meremehkan al-Quran dan menghina nabi.
Menghormat guru itu sangat penting. Saking pentingnya Sayyidina Ali berkata ; Aku adalah bukdaknya seseorang yang mengajariku satu huruf, berhak menjual, memerdekakan atau menjadikanku budak. Sungguh mengagumkan sekali sikap Sayyidina Ali ini, yang sangat menghargai terhadap gurunya, meskipun hanya mengajari satu huruf. Tentunya sikap beliau perlu kita tiru. Jangan pernah menyakiti hati guru, melawan dan membuatnya sedih.
Keempat, Pentingnya serius, konsisten dan adanya cita-cita
            Man jadda wajada, wa man zaro`a hasoda, barang siapa bersungguh-sungguh maka akan berhasil dan barang siapa menanam, maka akan memanen. Kata-kata itu sering kita dengar dan bisa menjadi motivasi bagi kita untuk selalu serius untuk belajar, mengaji dan mengkaji.
            Di dalam proses belajar mengajar ada beberapa orang yang harus serius dan besungguh-sungguh. Yaitu pelajar, pengajar, orang tua. Orang tua penting untuk serius karena beliaulah yang akan membiayai anaknya yang sedang mencari ilmu. Dengan adanya semangat dari orang tua, maka proses belajar mengajar akan semakin lancar.
            Jangan sedih apabila diantara kita adalah anak seorang petani, peternak ataupun hanya anak seorang yang miskin. Kesuksesan adalah milik kita semua. Jika kita sebagai pelajar serius, gurunya serius dan orang tuanya serius, insya Allah kita bisa sukses.
Konsisten juga sangat penting bagi para pencari ilmu. Amal yang konsisten dilakukan itu lebih baik bagi pelakunya.
Kemudian cita-cita itu juga harus ada pada setiap muslim. Jangan takut terhadap jarak antara mimpi kita dan kenyataan yang sedang kita hadapi. Bercita-citalah setinggi-tingginya. Tentunya disertai dengan usaha keras, do`a dan tawakkal.
Kelima, Waktu Mencari ilmu
Mencari ilmu itu sejak dari ayunan ibu sampai liang lahad. Selama nafas masih ada, maka waktu mencari ilmu masih ada pula. Masa muda adalah masa yang paling tepat untuk mencari ilmu. Ada sebuah ungkapan “Belajar pada masa muda bagaikan mengukir di atas batu dan belajar di masa tua bagaikan mengukir di atas air. Ilmu yang diperoleh waktu kecil biasanya masih tetap menempel dipikiran kita, pada masa itu pula ilmu cepat masuk. Sedangkan pada masa tua untuk memahami ilmu memerlukan perjuangan keras.
Waktu yang tepat untuk memperoleh ilmu versi kitab Ta`limul Mutaallim adalah masa muda, waktu sahur serta  waktu diantara maghrib dan isya`.
Keenam, Penyebab cepat dan lambatnya hafalan
Faktor penting yang membuat kita cepat hafal adalah  bersungguh-sungguh, konsisten, sedikit makan, sholat malam dan membaca al-Quran.
Kita sebaiknya jangan hanya berorientasi untuk menghafal saja tapi lebih dari itu kita berusaha untuk memahami apa yang kita hafal.
Itulah beberapa hal yang dapat penulis sampaikan. Mayoritas tulisan ini diambil dari kitab ta`limul Mutaallim dan sebagian kecil adalah tambahan penulis sendiri. 

Semoga bermanfaat. Amiiin..

“4 Kalimat kata Istimewa”

BY Unknown IN No comments


Dalam dzikir Al-ma’surat terdapat sebuah doa yang berbunyi :
“Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi,
wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’ 

(Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, sebanyak bilangan ciptaan-Nya dan keridhaan-Nya, dan sebesar bobot ‘arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-Nya 3x )

AlHadits Asy-Syarief,
“Dari Juwairiyah (Ummul Mukminin Radhiyallahu`anha), Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari sisinya pagi-pagi untuk shalat shubuh di masjid. Beliau kembali (ke kamar Juwairiyah) pada waktu dhuha, sementara ia masih duduk di sana. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, “Engkau masih duduk sebagaimana ketika aku tinggalkan tadi?” Juwairiyah menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, aku telah mengatakan kepadamu empat kata sebanyak tiga kali, yang seandainya empat kata itu ditimbang dengan apa saja yang engkau baca sejak tadi tentu akan menyamainya, (empat kata itu) yakni: “Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi, wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’ 
(HR Muslim)

Hadits ini berisikan percakapan antara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersama salah satu istri beliau yaitu ibunda Juwairiyah. Diceritakan pada saat itu Rasulullah sedang bermalam di rumah ibunda Juwairiyah, kemudian saat memasuki waktu Subuh, Rasul berangkat ke masjid dan melihat ibunda Juwairiyah pun yang sudah siap duduk menunggu untuk melakukan solat subuh dikamarnya. Masuk waktu dhuha, Rasul pun kembali ke kamar beliau dan didapatinya Juwairiyah masih duduk dengan posisi yang sama seperti di subuh tadi sambil melakukan ibadah-ibadah lain seperti membaca Quran,dll. Akhirnya Rasulullah pun menegur dengan mengingatkan keistimewaan dari 4 kata di dalam doa tersebut. Pahala yang didapat dengan membaca 4 kata sebanyak 3x itu sama beratnya dengan ibadah yang dilakukan ibunda dalam beberapa menit/jam di tempat duduknya.  Setelah itu, ibunda Juwairiyah pun tidak melakukannya lagi.
Pesan Rasulullah : Rasulullah mengetahui bahwa seorang wanita/Ibu/Ummahat pastinya memiliki tugas-tugas istimewa di pagi hari yaitu menyiapkan keperluan suami untuk bekerja, menyiapkan keperluan anak-anak untuk sekolah, menyiapkan sarapan, dan berbagai aktifitas rumah sehari-hari. Maka dengan berbagai aktifitas istimewa inilah Rasul mengingatkan, bahwa dalam 4 kata doa Al-Ma’surat itu pun dibuat begitu istimewa untuk mereka dengan ganjaran pahala yang luar biasa,yaitu sama dengan ibadah-ibadah yang dilakukan ketika duduk hingga waktu dhuha. Sehingga waktu mereka bisa digunakan seoptimal mungkin untuk melakukan tugas lainnya.

Lalu apakah penjelasan dari 4 kata istimewa yang tadi sudah kita sebut?
4 kata tersebut dimulai dari kata ‘adada khalqihi karena kata Subhanallahi wa bihamdihi merupakan kata pembuka saja. 4 kata tersebut menerangkan pahala-pahala yang bisa kita dapatkat jika istiqomah membaca doa ini. InsyaAllah akan dibahas satu persatu secara ringkas.
Rincian 4 kata :
1.      ‘adada khalqihi (Sejumlah makhluk yang Allah ciptakan)
Kita tidak akan pernah mengetahui jumlah pasti dari seluruh makhluk yang telah Allah ciptakan, mulai dari terkecil seperti mikroba hingga yang besar. Namun harus selalu kita yakini bahwa semua makhluk adalah ciptaan Allah dan kita yakin bahwa setiap makhluk yang Allah ciptakan pun beribadah pada-Nya. Dan pahala yang kita dari doa ini bisa sebesar jumlah makhluk yang Allah ciptakan. MasyaAllah…

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”  (Qs. Al Isro’:44)

Allah menciptakan makhluknya menjadi 5 golongan:
Insani --- Manusia
Ruhani --- makhluk seperti malaikat, syaitan, dll (gaib)
Nabati --- tumbuh-tumbuhan
Hayawani --- semua binatang
Jamadi --- planet-planet

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Qs. An-Nur:41)


2.      wa ridhaka nafsihi (Serela diri-Nya)
Allah akan selalu rela memberikan yang terbaik buat hamba-Nya yang senantiasa membaca kata ini.
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
(Qs. Az-Zumar:53-54)

3.      wa ziinata ‘Arsyihi (Seberat Arasy-Nya)
Arasy --- ibarat singasana / pelaminan
Hendaknya manusia senantiasa patuh dan memuliakan Allah, jika diibaratkan menurut bahasa kita seperti saat kita menghormati pasangan pengantin yang berada di pelaminannya saat kita mendatangi sebuah undangan pernikahan. Maka Allah pun jauh lebih mulia dan berada di singasananya yaitu arasy.

 “(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy.”  (Qs. Thoha:5 )

Ada 3 hal tentang hakikat ‘Arsy :
1.      Hanya Allah yang Maha Tahu tentang hakikatnya
2.      Hanya Allah yang Maha Tahu keberadaannya
3.      Hanya Allah yang Maha Tahu bersemayamnya  
“Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tuhan bagi 'Arsy yang mulia.” (Qs Al Mukminun:116)
*bagi yang masih bingung tentang ‘arsy, yuk masing2 diri mencari lagi penjelasan detilnya, atau tanyakan pada guru ngajimu agar keyakinan kita pada kekuasaan Allah makin bertambah :)
4.      wa midada kalimatihi’ (Sebanyak tinta (bagi) kalimat-Nya)
MasyaAllah… berkah dan rahmat yang bisa kita dapatkan yaitu sebanyak kalimat Allah yang pastinya tak akan habis jika dituliskan.
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (Qs. Al-Kahfi:109 )


Hikmah :
Pahala ketika membaca doa ini, terlebih lagi bisa istiqomah pagi petang setiap hari yaitu mendapatkan pahala yang bisa sebanyak makhluk Allah, kemudian Allah akan jauh lebih rela kepada diri kita, pahalanya pun juga bisa seberat ‘Arsy Allah, yang terakhir berkah dan rahmat Allah sebanyak kalimat Allah yang tak bisa habis jika ditulis.


Begitulah ringkasan 4 kata istimewa yang terdapat dalam salah satu doa Al-Ma’surat yang mungkin selama ini kita sudah rutinkan namun belum mengetahui rincian/ penjelasan dibalik doa tersebut yang ternyata memiliki berbagai hal yang luar biasa. Jadi, tidak ada kata “MALAS” lagi untuk merutinkan membaca dzikir doa Alma’surat. Semoga Allah senantiasa memberkahi niat dan amalan ibadah-ibadah kita. Aamiin…

Wallahu a’lam Bishowab

“Waspadai Penyakit Syirik”

BY Unknown IN No comments


Dalam dzikir Al-ma’surat terdapat sebuah doa yang berbunyi :

“Allahumma innaa na'udzubika min annusyrika bika syay'an na'lamahu 
wa nastaghfiruka limaa laa na'lamuhu”

(Ya Allah kami berlindung pada Engkau dari syirik terhadap Engkau yang kami sadari, 
dan kami memohon ampun dari sesuatu yang kami tak ketahui) 3x

Hadits:

“Dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu`anhu berkata bahwa suatu hari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah di hadapan kita, seraya bersabda, “Wahai sekalian manusia, takutlah kalian kepadasyirik, karena syirik itu lebih lembut daripada semut.” Kemudian berkatalah seseorang kepada beliau, “Bagaimana kita berhati-hati kepadanya wahai Rasul, sementara dia lebih lembut daripada binatang semut?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Katakanlah Allahumma innaa na'udzubika min annusyrika bika syay'an na'lamahu wa nastaghfiruka limaa laa na'lamuhu.”

(HR.Ahmad dan Thabrani. Juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la sebagaimana hadits tadi dari Khudzaifah, hanya saja Khudzaifah berkata,”Rasulullah membacanya tiga kali.”)


Doa ini digunakan untuk menangkal penyakit kemusyrikan, karena salah satu hal yang paling mungkin mencabut akidah kita yaitu kemusyrikan. Misalkan, niatan kita sudah tercampur dengan selain Allah, hingga yang paling parah adalah menyembah selain Allah. Kemusyrikan begitu lembut hadir di dalam diri kita bahkan kadang tidak terlihat, sehingga pada hadits di atas Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sampai mengibaratkan kemusyrikan dengan seekor semut. Karena jika pada malam hari ketika kita berjalan bisa saja tiba-tiba ada semut yang menggigit kaki kita. Seperti itulah kemusyrikan, kemusyrikan bisa saja tiba-tiba menggigit hati kita tanpa kita ketahui karena hati yang teledor/kurang waspada. Dan parahnya, bisa saja ketauhidan kita habis digigit oleh kemusyrikan. Penyakit ini bisa menyerang siapapun bahkan sasaran empuk mereka adalah orang-orang pintar, kaya, dll.

Pasti sudah sangat banyak kita melihat praktik-praktik kemusyrikan di sekitar kita, contohnya saja ada seorang dukun yang kini membuka praktik dengan menghiasi dirinya dengan ayat-ayat Al Quran/ tulisan kaligrafi, sampai sudah berani promosi secara online. Dan lebih parahnya masih banyak juga orang-orang yang menggunakan jasa mereka. Naudzubillah….

Diceritakan dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu`anhu, ia berkata : Ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia berkata: Wahai Rasulullah, apa 2 hal yang pasti ?, beliau menjawab : barangsiapa yang mati dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk surga dan barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu maka ia akan masuk neraka.” (HR.Muslim)



·         Musyrik bisa masuk dalam diri manusia melalui 4 pintu :

1.      Syirkul Ilmi (ilmu)

Syirik ini pada umumnya terjadi pada kalangan ilmuwan. Mereka mengagungkan ilmu sebagai Maha Segalanya. Mereka tidak mempercayai pengetahuan yang diwahyukan Allah. Contohnya saja, mereka mengatakan bahwa manusia berasal dari kera dan teori ini menjadi teori yang terkenal dan diajarkan di mana-mana. Mereka percaya bahwa ilmu pengetahuan lah yang akhirnya akan menemukan formula agar manusia tidak perlu mengalami kematian, dan lain sebagainya. Mereka lebih menuhankan ilmu dibandingkan Sang Pemilik ilmu atau dengan kata lain lebih percaya pada analisa hasil otak dibanding dengan aturan Allah. Ilmuwan (alimun) dibedakan menjadi 2, yang pertama menciptakan ilmu (ini termasuk syirik), kedua menemukan ilmu (ini yang benar).

2.      Syirkut-Tashorruf (kebiasaan/biasa)

Syirik ini pada prinsipnya disadari/tidak oleh pelakunya menentang Allah yang Maha Kuasa dan segala kendali atas penghidupan manusia berada di tangan-Nya. Mereka meyakini adanya kekuatan lain yang mengendalikan selain Allah, dan kekuatan itu mempunyai kekuasaan. Contohnya adalah keyakinan bahwa Nabi Isa adalah putra Allah, yakin terhadap kekuatan dukun, tukang sihir, ahli nujum,jimat, patung, hal-hal mistik,dsb.

3.      Syirkul Ibadah

Syirik ini merupakan bagian syirik yang paling lembut, karena syrik ini terbiasa menjangkit di dalam hati hamba-hamba yang sedang beribadah dengan tekun kepada Allah, akan tetapi niatnya sudah melenceng menjadi bukan meniatkan ibadah itu hanya untuk Allah semata. Justru ada niatan lain seperti ingin dipuji, ingin mendapat perhatian, ingin dinilai sebagai orang shalih,dsb. Salah satu cara untuk meluruskan niat adalah dengan selalu membaca surah Al-Fatihah. Syirkul ini memiliki istilah popular yaitu Riya’.

4.      Syirkul Addah (sugesti)

Syirik model ini adalah syirik kepercayaan terhadap tahayyul. Kekuatan sugestinya-lah yang seolah-olah disembah. Sebagai contoh, percaya bahwa angka 13 adalah angka sial hingga banyak yang tidak mau memakainya baik di hotel (kamar no 13 ditiadakan) ataupun tempat lainnya. Selain itu ada juga kepercayaan yang menghubungkan kucing hitam dengan keburukan, meyakini hasil lotre, melempar anak panah, tebak-tebakan lewat kartu,dsb.


·         Al-Imam Ibnu Katsir Radhiyallahu`anhu
Allah Subhanahu wata'ala mengecam tegas dan keras kepada orang-orang yang menyekutukan-Nya. Kecaman dari Allah diantaranya:

1.      Dosa besar

Dosa yang didapat melebihi dosa zina, penjudi, dll karena dosa syirik termasuk dosa yang tidak Allah ampuni.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”
(Qs.An-Nisa:48)

2.      Sesat

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” (Qs.An-Nisa:116)

Karena terlalu bahayanya kemusyrikan terhadap umatnya, sehingga Rasulullah mengingatkan kemusyrikan ini langsung di atas mimbar khutbah, bukan hanya waktu ngumpul-ngumpul berdiskusi biasa.

3.      Kedzoliman yang besar

Orang yang menyekutukan Allah itu berarti menganiaya diri sendiri melebihi bunuh diri.

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (Qs.Luqman:13)

4.      Pahala Terhapus

“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”
(Qs. Al-An’am:88)

Jadi amalan-amalan yang dilakukan seperti puasa,haji,solat, pahalanya akan lenyap semua tidak tersisa.

5.      Haram masuk Surga

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”
(Qs.Al-Maidah:72)



Maka, untuk melindungi keluarga kita dari penyakit kemusyrikan, alangkah baiknya setiap pagi petang membaca doa ini yang terdapat dalam al-ma’tsurat. Karena jika salah satu dari anggota keluarga rutin membaca ini maka Allah pun akan melindungi seluruh keluarganya. Allah tidak hanya melindungi secara personal tapi juga kolektif.

Wallahu a’lam Bishowab